KEPALSUAN ORANG PERCAYA
KEPALSUAN ORANG PERCAYA
(Sebuah Exposisi terhadap Yudas Iskariot)
(Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9)
Orang yang paling malang di dunia ini adalah "orang yang menyebut dirinya Kristen" kemudian ikut dan sibuk di dalam berbagai pelayanan, tetapi ia sendiri tidak pernah menikmati kerajaan Allah. Waktu dan uang serta tenaga boleh dikatakan sudah banyak dikorbankan, tetapi ia tidak pernah menikmati suka-cita pelayanan. Mengapa bisa demikian? Peristiwa yang tragis ini akan terjadi tatkala seorang mengaku pengikut Yesus tidak sungguh-sungguh berkomitmen di dalam meyerahkan diri untuk taat pada-Nya. Memang benar ia berada di dalam lingkungan persekutuan orang-orang percaya, menjalankan upacara dan ibadah keagamaan cukup sakral, tetapi ia tidak memiliki Roh yang dari pada-Nya (lihat Roma 8:9b). Oleh sebab itu jerih payah orang ini akan menjadi sia-sia, kasus seperti inilah yang paling ditakuti oleh rasul Paulus (1 Korintus 9:27); dan saya yakin ini juga merupakan ketakutan kita.
Di dalam Alkitab ada banyak tokoh-tokoh yang kerohaniannya mengalami pasang surut, kadang naik tinggi sekali dan kadang turun begitu mencolok, namun itu tidak menjadi masalah sebab firman Tuhan selalu menjadi pedoman untuk membawa mereka kembali ke Jalan yang Benar, sehingga jarang ada yang gagal sama sekali. Lain halnya dengan salah satu murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot, ia mengalami kegagalan yang berlipat ganda. Celakanya sampai akhir hayat hidupnya, Yudas tidak ditemukan ada unsur-unsur perbaikan dan pertobatan. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa hidup bersama di dalam persekutuan dan lingkungan orang-orang percaya tidak menjamin orang tersebut hidup di dalam Kristus.
Mengapa peristiwa tragis ini bisa terjadi? Apa penyebabnya? Mengapa Yudas dengan teganya menghianati gurunya? Apa latar belakangnya? Bukankah Yudas seharusnya seperti murid-murid lain yang sangat mengasihi Gurunya? DI sinilah letaknya kepalsuan itu. Ada tiga hal yang penulis catat untuk kita jawab bersama.
1. YUDAS TIDAK PERNAH MENGHARGAI TUHAN YESUS
Yudas Iskariot itu sah adalah murid yang dipilih Tuhan Yesus, ia berasal dari kota Keriot di Yehuda. Seharusnya sebagai seorang murid yang baik pasti akan menghargai Gurunya, namun sikap ini rupanya tidak terlihat dari sikap hidup Yudas. Jadi boleh dikatakan sejak semula sudah ada unsur-unsur yang nampak bahwa Yudas bakal melakukan sesuatu yang secara manusia merugikan Tuhan Yesus. Salah satunya yang terlihat adalah tatkala Maria mengurapi kaki Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu. Yudas dengan terus terang menegur sikap Maria, baginya minyak tersebut lebih baik dijual lalu uangnya dipersembahkan bagi orang-orang miskin dan pekerjaan Tuhan (coba anda perhatikan Yohanes 12:1-8 ada indikasi yang lebih menyebutkan bahwa yang menegor itu Yudas, Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9 tidak menyebutkan nama murid). Yudas tentu tidak etis mengatakan kalimat ini di depan Tuhan Yesus yang nota bene Gurunya. Melalui konteks pembicaan ini jelas bahwaYudas tidak menghargai Yesus sebagai seorang Guru, sehingga kalimat itu dilontarkan tanpa perasaan bersalah.Tidak dihargai oleh orang sesungguhnya sesuatu perbuatan yang sangat menyakitkan, saya yakin secara manusia Yesus merasakan itu. Oleh sebab itu tidak heran kalau secara refleks Yesus menegor Yudas; "Orang-orang miskin itu selalu ada di hati kalian, sementara Aku tidak"? Suatu sindiran yang cukup tajam, namun murid-murid-Nya tetap tidak mengerti.
Mengapa Yudas sampai hati memperlakukanYesus demikian? Jelas di sini pengenalannya akan Yesus cukup dangkal, walaupun tidak dapat kita pungkiri bahwa Yudas hidup bersama-sama Tuhan Yesus kurang lebih tiga sampai tiga setengah tahun, tetapi semua itu hanya merupakan pengenalan yang semu. Yesus hanya dianggap manusia biasa, guru biasa sama seperti manusia-manusia lainnya. Yudas mengenal Yesus hanya sebatas sebagai "Rabi" seperti yang tertulis di dalam Injil (banding Matius 26:25), beda dengan murid-murid Yesus yang lain mereka mengenal lebih dalam, Yesus sebagai Mesias Anak Allah yang Hidup (Ini merupakan pengakuan Simon Petrus, lihat dan baca Injil Matius 16:16) atau pengakuan Tomas yakni Tuhan Allah (lihat Yohanes 20:28).
Bagaimana dengan kita? Seberapa dalam pengenalan kita akan TuhanYesus? Apakah Dia hanya sebatas Guru kita? Apakah Dia hanya sebatas Penolong kita? Kalau kita membatas-batasi pengenalan kita akan Tuhan Yesus, maka kita akan mengalami kerugian besar. Ketika kita mengalami masalah yang sulit terpecahkan kita menganggap bahwa Yesus tidak mau menolong kita lagi. Kita hanya percaya bila segala permasalahan dan kesusahan itu bisa dilenyapkan oleh Yesus, dengan kata lain menurut konsep ini orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak pernah menderita. Ini konsep yang keliru, jangan anda terjerumus. Kalau kita mengadopsi konsep yang keliru ini di dalam kehidupan kita, maka kita tidak pernah akan menghargai Yesus sebagai Tuhan Allah.
Di Jakarta ada seorang teman saya menceritakan bahwa jemaat yang dia layani itu ada beberapa orang yang sering kali mempersembahkan perabot-perabot rumah buat hamba Tuhan di gereja, satu perbuatan yang patut diteladani para jemaat tentunya. Namun sayang yang dipersembahkan bukan barang baru, melainkan barang bekas yang masih pantas pakai, dari pada dibuang mereka merasa sayang. Setiap kali jemaat itu mau pindah rumah , ia membeli perabot yang baru; sementara yang bekas itu dipersembahkan untuk dipakai oleh hamba Tuhan. Yang celakanya, jemaat yang pindah bukan satu orang. Jadi tidak heran di gereja tersebut penuh sesak dengan perabot-perabot bekas. Ini konsep yang keliru, bagi Tuhan yang jelek dan yang bekas itu tidak apa-apa; asalkan yang untuk dipakai sendiri harus yang paling baik. Orang ini tidak menghargai Tuhan sama sekali. Saya harap kita sekalian tidak pernah terpikir untuk berbuat yang demikian lagi.
2. YUDAS TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN
Jikalau Tuhan saja tidak dihargai, jangan sekali-kali kita mengharapkan orang tersebut akan menghargai orang lain. Tataka Maria mengurapi Tuhan Yesus jelas motivasinya sangat murni, ia tidak berbuat hal yang salah. Tetapi sikap Yudas yang tidak simpatik mucul di sini, ia menudingnya sebagai sebuah pemborosan. Nasihatnya memang cukup masuk akal, lebih baik uang yang dibelikan Narwastu itu dipakai untuk menolong orang miskin. Bahasanya cukup rohani dan menyentuh perasan. Tetapi Yesus itu tidak bisa dibohongi, Ia membaca isi hati dan pikiran manusia secara menyeluruh, termasuk juga apa yang sedang dipikirkan Yudas. Dalam ucapan Yudas Iskariot yang kelihatannya masuk akal itu ada tersimpan sesuatu rahasia yang mendalam. Yudas sesungguhnya tidak bermaksud agar uang tersebut dikirim kepada orang miskin, tetapi rupanya ia sedang memikirkan segi kegunaan uang itu bagi pribadinya. Jabatannya di dalam kelompok persekutuan murid-murid (rasul-rasul) sebagai seorang bendahara, sementara itu Yohanes 12:6 menyebutkannnya sebagai seorang pencuri.. Baginya jikalau ada persembahan yang masuk., itu berarti tabungannya juga bertambah. Aktingnya bertambah terbongkar tatkala ia mencoba untuk menegor Maria, bagiyudas itu merupakan pemborosan, tetapi bagi Yesus tidak.
Oleh karena selalu mementingkan diri sendiri, maka sikapYudas Iskariot itu menjadi tidak menghargai orang lain. Aksi sosial yang dijalankan bagi orang miskin hanya merupakan topeng belaka, sementara ada banyak dana yang dikorupsi untuk keperluan pribadi. Jadi ketamakan yang ditambah dengan penipuan sudah begitu menggerogoti dan menguasai hatinya. Hal itu membuat dirinya tidak sangup melakukan dengan jujur sesuatu perbuatan yang baik dan menguntungkan orang lain.
Segala perbuatan dalam kehidupannya selalu hal yang merugikan orang lain.
Terlalu gampang di dalam kehidupan kita terjebak melakukan perbuatan yang seperti Yudas, bukan? Kita kadang kala melakukan sesuatu perbuatan baik, tetapi embel-embelnya nanti untuk diri sendiri, hal ini sering kali kita lakukan tanpa kita sadari, bahkan kepada hal-hal yang sangat rohani. Kita memberi persembahan buat pelayanan di gereja, maunya nama kita dibaca oleh orang banyak. Persembahan yang kita berikan kepada "Tuhan" hanya ingin diketahui oleh orang. Padahal firman Tuhan mengatakan apa yang diperbuat tangan kananmu jangan diketahui oleh tanagn kirimu (Matius 6:3). Sungguh riskan, padahal Tuhan itu maha tahu tetapi kita lebih suka memberitahukan pada manusia. Inilah konsep orang dunia. Memang tanpa menulis dengan jelas nama anda, itu berarti administrasi di gereja itu masih kurang beres; tetapi sekali lagi mari kita cek motivasi dan hati nurani kita, apakah unsur kepentingan diri itu masih lebih besar dari mementingkan orang lain?
3. YUDAS TIDAK MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Orang yang tidak menghargai Tuhan dan orang lain, secara otomatis pasti ia tidak menghargai diri sendiri. Kisah kehidupanYudas tidak diakhiri dengan Happy Ending, tetapi justru yang sangat mengenaskan. Ia menyesal telah menghianati Gurunya, lalu bunuh diri dengan cara yang sangat tragis. Tragedi ini seharusnya menjadi peringatan terus-menerus bagi orang-orang percaya. Memang ada orang yang coba merekah-rekah, mengapa Yudas itu sampai hati menjual Gurunya. Di dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini dicatat bahwa secara penelitian psikologi, ada beberapa masukan yakni; Yudas itu tamak, cinta uang, ada perasaan cemburu kepada murid-murid yang lain dan ketakutannya akan akhir pelayanan Gurunya yang tak terelakkan mendorong dia menghianati rekannya dan menyelamatkan diri. Menurut de Quincey apa yang dilakukan Yudas semata-mata untuk memaksa Yesus menyatakan diri sebagai Mesias. Kemudian ditambah lagi dengan hati yang sebal dan dendam yang timbul sesudah harapan-harapan duniawinya pudar; hati yang tidak senang menjurus kepada penyesalan mengikuti TuhanYesus, dan penyesalan ini berubah menjadi kebencian.
Benar Yudas itu dipilih oleh Yesus, kita tidak boleh meragukan itu (Matius 10:1-4). Pada mulanya Yudas dipandang sebagai murid yang berbakat dan bisa dipercaya, buktinya ia boleh menjabat sebagai bendahara. Namun pra pengetahuan Yesus tidak mencakup pra penentuan, bahwa Yudas secara tak terelakkan harus menjadi pengkhianat. Yudas tidak pernah sungguh-sungguh ikut Yesus, oleh sebab itu ia tetap "yang telah ditentukan untuk binasa" sudah binasa karena tak pernah diselamatkan (Yohanes 17:12). Alkitab tidak pernah menceritakan pertobatan Yudas, memang ia pernah menyesal karena menyerahkan Tuhan Yesus dengan imbalan tiga puluh keping perak tetapi ia tidak pernah bertobat (Matius 27:
Dengan tidak bertobatnya Yudas maka ia berusaha mengambil jalan pintas, Kisah 1:25 mencatat bahwa di ditempatkan di tempat yang wajar. Seorang pengkhianat Yesus yang tidak mau kembali pada Yesus, temapat yang wajar baginya yakni neraka, tidak ada pilihan lain lagi. Inilah pembuktian bahwa Yudas sesungguhnya tidak menghargai dirinya sendiri.
Mungkin anda bukan pengkhianat Yesus, anda tidak pernah menjual Yesus sampai disalibkan. Namun yang pasti anda adalah insan ciptaan Tuhan! Adakah anda menghargai diri anda sendiri? Jikalau anda benar-benar menghargai diri anda, sesusah anda meninggalkan dunia ini anda kira-kira menuju ke mana? Anda pasti tidak akan membiarkan diri anda masuk ke tempat yang "wajar" yakni nerakanya Yudas, anda tentu memilih surga? Benar tidak? Jikalau benar anda hanya punya satu jalan yang harus dipilih, yakni menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Anda mungkin mengatakan saya sudah menerima Yesus, tidak masalah lagi dengan keselamatan saya. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan orang lain? Mungkin itu kakak atau adik anda. Mungkin itu orang tua anda. Mungkin itu famili anda. Adakah kerinduan anda untuk menyampaikan berita keselamatan ini bagi mereka? Jikalau anda mempunyai kasih yang murni dari Tuhan Yesus, bukan kasih yang penuh kepalsuan seperti Yudas Iskariot, anda pasti mempunyai kerinduan memberitakan kabar keselamatan ini bagi orang lain. Pesan saya yang terakhir pada hari ini, jangan sia-siakan pengorbanan Tuhan Yesus. Amin
(Sebuah Exposisi terhadap Yudas Iskariot)
(Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9)
Orang yang paling malang di dunia ini adalah "orang yang menyebut dirinya Kristen" kemudian ikut dan sibuk di dalam berbagai pelayanan, tetapi ia sendiri tidak pernah menikmati kerajaan Allah. Waktu dan uang serta tenaga boleh dikatakan sudah banyak dikorbankan, tetapi ia tidak pernah menikmati suka-cita pelayanan. Mengapa bisa demikian? Peristiwa yang tragis ini akan terjadi tatkala seorang mengaku pengikut Yesus tidak sungguh-sungguh berkomitmen di dalam meyerahkan diri untuk taat pada-Nya. Memang benar ia berada di dalam lingkungan persekutuan orang-orang percaya, menjalankan upacara dan ibadah keagamaan cukup sakral, tetapi ia tidak memiliki Roh yang dari pada-Nya (lihat Roma 8:9b). Oleh sebab itu jerih payah orang ini akan menjadi sia-sia, kasus seperti inilah yang paling ditakuti oleh rasul Paulus (1 Korintus 9:27); dan saya yakin ini juga merupakan ketakutan kita.
Di dalam Alkitab ada banyak tokoh-tokoh yang kerohaniannya mengalami pasang surut, kadang naik tinggi sekali dan kadang turun begitu mencolok, namun itu tidak menjadi masalah sebab firman Tuhan selalu menjadi pedoman untuk membawa mereka kembali ke Jalan yang Benar, sehingga jarang ada yang gagal sama sekali. Lain halnya dengan salah satu murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot, ia mengalami kegagalan yang berlipat ganda. Celakanya sampai akhir hayat hidupnya, Yudas tidak ditemukan ada unsur-unsur perbaikan dan pertobatan. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa hidup bersama di dalam persekutuan dan lingkungan orang-orang percaya tidak menjamin orang tersebut hidup di dalam Kristus.
Mengapa peristiwa tragis ini bisa terjadi? Apa penyebabnya? Mengapa Yudas dengan teganya menghianati gurunya? Apa latar belakangnya? Bukankah Yudas seharusnya seperti murid-murid lain yang sangat mengasihi Gurunya? DI sinilah letaknya kepalsuan itu. Ada tiga hal yang penulis catat untuk kita jawab bersama.
1. YUDAS TIDAK PERNAH MENGHARGAI TUHAN YESUS
Yudas Iskariot itu sah adalah murid yang dipilih Tuhan Yesus, ia berasal dari kota Keriot di Yehuda. Seharusnya sebagai seorang murid yang baik pasti akan menghargai Gurunya, namun sikap ini rupanya tidak terlihat dari sikap hidup Yudas. Jadi boleh dikatakan sejak semula sudah ada unsur-unsur yang nampak bahwa Yudas bakal melakukan sesuatu yang secara manusia merugikan Tuhan Yesus. Salah satunya yang terlihat adalah tatkala Maria mengurapi kaki Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu. Yudas dengan terus terang menegur sikap Maria, baginya minyak tersebut lebih baik dijual lalu uangnya dipersembahkan bagi orang-orang miskin dan pekerjaan Tuhan (coba anda perhatikan Yohanes 12:1-8 ada indikasi yang lebih menyebutkan bahwa yang menegor itu Yudas, Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9 tidak menyebutkan nama murid). Yudas tentu tidak etis mengatakan kalimat ini di depan Tuhan Yesus yang nota bene Gurunya. Melalui konteks pembicaan ini jelas bahwaYudas tidak menghargai Yesus sebagai seorang Guru, sehingga kalimat itu dilontarkan tanpa perasaan bersalah.Tidak dihargai oleh orang sesungguhnya sesuatu perbuatan yang sangat menyakitkan, saya yakin secara manusia Yesus merasakan itu. Oleh sebab itu tidak heran kalau secara refleks Yesus menegor Yudas; "Orang-orang miskin itu selalu ada di hati kalian, sementara Aku tidak"? Suatu sindiran yang cukup tajam, namun murid-murid-Nya tetap tidak mengerti.
Mengapa Yudas sampai hati memperlakukanYesus demikian? Jelas di sini pengenalannya akan Yesus cukup dangkal, walaupun tidak dapat kita pungkiri bahwa Yudas hidup bersama-sama Tuhan Yesus kurang lebih tiga sampai tiga setengah tahun, tetapi semua itu hanya merupakan pengenalan yang semu. Yesus hanya dianggap manusia biasa, guru biasa sama seperti manusia-manusia lainnya. Yudas mengenal Yesus hanya sebatas sebagai "Rabi" seperti yang tertulis di dalam Injil (banding Matius 26:25), beda dengan murid-murid Yesus yang lain mereka mengenal lebih dalam, Yesus sebagai Mesias Anak Allah yang Hidup (Ini merupakan pengakuan Simon Petrus, lihat dan baca Injil Matius 16:16) atau pengakuan Tomas yakni Tuhan Allah (lihat Yohanes 20:28).
Bagaimana dengan kita? Seberapa dalam pengenalan kita akan TuhanYesus? Apakah Dia hanya sebatas Guru kita? Apakah Dia hanya sebatas Penolong kita? Kalau kita membatas-batasi pengenalan kita akan Tuhan Yesus, maka kita akan mengalami kerugian besar. Ketika kita mengalami masalah yang sulit terpecahkan kita menganggap bahwa Yesus tidak mau menolong kita lagi. Kita hanya percaya bila segala permasalahan dan kesusahan itu bisa dilenyapkan oleh Yesus, dengan kata lain menurut konsep ini orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak pernah menderita. Ini konsep yang keliru, jangan anda terjerumus. Kalau kita mengadopsi konsep yang keliru ini di dalam kehidupan kita, maka kita tidak pernah akan menghargai Yesus sebagai Tuhan Allah.
Di Jakarta ada seorang teman saya menceritakan bahwa jemaat yang dia layani itu ada beberapa orang yang sering kali mempersembahkan perabot-perabot rumah buat hamba Tuhan di gereja, satu perbuatan yang patut diteladani para jemaat tentunya. Namun sayang yang dipersembahkan bukan barang baru, melainkan barang bekas yang masih pantas pakai, dari pada dibuang mereka merasa sayang. Setiap kali jemaat itu mau pindah rumah , ia membeli perabot yang baru; sementara yang bekas itu dipersembahkan untuk dipakai oleh hamba Tuhan. Yang celakanya, jemaat yang pindah bukan satu orang. Jadi tidak heran di gereja tersebut penuh sesak dengan perabot-perabot bekas. Ini konsep yang keliru, bagi Tuhan yang jelek dan yang bekas itu tidak apa-apa; asalkan yang untuk dipakai sendiri harus yang paling baik. Orang ini tidak menghargai Tuhan sama sekali. Saya harap kita sekalian tidak pernah terpikir untuk berbuat yang demikian lagi.
2. YUDAS TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN
Jikalau Tuhan saja tidak dihargai, jangan sekali-kali kita mengharapkan orang tersebut akan menghargai orang lain. Tataka Maria mengurapi Tuhan Yesus jelas motivasinya sangat murni, ia tidak berbuat hal yang salah. Tetapi sikap Yudas yang tidak simpatik mucul di sini, ia menudingnya sebagai sebuah pemborosan. Nasihatnya memang cukup masuk akal, lebih baik uang yang dibelikan Narwastu itu dipakai untuk menolong orang miskin. Bahasanya cukup rohani dan menyentuh perasan. Tetapi Yesus itu tidak bisa dibohongi, Ia membaca isi hati dan pikiran manusia secara menyeluruh, termasuk juga apa yang sedang dipikirkan Yudas. Dalam ucapan Yudas Iskariot yang kelihatannya masuk akal itu ada tersimpan sesuatu rahasia yang mendalam. Yudas sesungguhnya tidak bermaksud agar uang tersebut dikirim kepada orang miskin, tetapi rupanya ia sedang memikirkan segi kegunaan uang itu bagi pribadinya. Jabatannya di dalam kelompok persekutuan murid-murid (rasul-rasul) sebagai seorang bendahara, sementara itu Yohanes 12:6 menyebutkannnya sebagai seorang pencuri.. Baginya jikalau ada persembahan yang masuk., itu berarti tabungannya juga bertambah. Aktingnya bertambah terbongkar tatkala ia mencoba untuk menegor Maria, bagiyudas itu merupakan pemborosan, tetapi bagi Yesus tidak.
Oleh karena selalu mementingkan diri sendiri, maka sikapYudas Iskariot itu menjadi tidak menghargai orang lain. Aksi sosial yang dijalankan bagi orang miskin hanya merupakan topeng belaka, sementara ada banyak dana yang dikorupsi untuk keperluan pribadi. Jadi ketamakan yang ditambah dengan penipuan sudah begitu menggerogoti dan menguasai hatinya. Hal itu membuat dirinya tidak sangup melakukan dengan jujur sesuatu perbuatan yang baik dan menguntungkan orang lain.
Segala perbuatan dalam kehidupannya selalu hal yang merugikan orang lain.
Terlalu gampang di dalam kehidupan kita terjebak melakukan perbuatan yang seperti Yudas, bukan? Kita kadang kala melakukan sesuatu perbuatan baik, tetapi embel-embelnya nanti untuk diri sendiri, hal ini sering kali kita lakukan tanpa kita sadari, bahkan kepada hal-hal yang sangat rohani. Kita memberi persembahan buat pelayanan di gereja, maunya nama kita dibaca oleh orang banyak. Persembahan yang kita berikan kepada "Tuhan" hanya ingin diketahui oleh orang. Padahal firman Tuhan mengatakan apa yang diperbuat tangan kananmu jangan diketahui oleh tanagn kirimu (Matius 6:3). Sungguh riskan, padahal Tuhan itu maha tahu tetapi kita lebih suka memberitahukan pada manusia. Inilah konsep orang dunia. Memang tanpa menulis dengan jelas nama anda, itu berarti administrasi di gereja itu masih kurang beres; tetapi sekali lagi mari kita cek motivasi dan hati nurani kita, apakah unsur kepentingan diri itu masih lebih besar dari mementingkan orang lain?
3. YUDAS TIDAK MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Orang yang tidak menghargai Tuhan dan orang lain, secara otomatis pasti ia tidak menghargai diri sendiri. Kisah kehidupanYudas tidak diakhiri dengan Happy Ending, tetapi justru yang sangat mengenaskan. Ia menyesal telah menghianati Gurunya, lalu bunuh diri dengan cara yang sangat tragis. Tragedi ini seharusnya menjadi peringatan terus-menerus bagi orang-orang percaya. Memang ada orang yang coba merekah-rekah, mengapa Yudas itu sampai hati menjual Gurunya. Di dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini dicatat bahwa secara penelitian psikologi, ada beberapa masukan yakni; Yudas itu tamak, cinta uang, ada perasaan cemburu kepada murid-murid yang lain dan ketakutannya akan akhir pelayanan Gurunya yang tak terelakkan mendorong dia menghianati rekannya dan menyelamatkan diri. Menurut de Quincey apa yang dilakukan Yudas semata-mata untuk memaksa Yesus menyatakan diri sebagai Mesias. Kemudian ditambah lagi dengan hati yang sebal dan dendam yang timbul sesudah harapan-harapan duniawinya pudar; hati yang tidak senang menjurus kepada penyesalan mengikuti TuhanYesus, dan penyesalan ini berubah menjadi kebencian.
Benar Yudas itu dipilih oleh Yesus, kita tidak boleh meragukan itu (Matius 10:1-4). Pada mulanya Yudas dipandang sebagai murid yang berbakat dan bisa dipercaya, buktinya ia boleh menjabat sebagai bendahara. Namun pra pengetahuan Yesus tidak mencakup pra penentuan, bahwa Yudas secara tak terelakkan harus menjadi pengkhianat. Yudas tidak pernah sungguh-sungguh ikut Yesus, oleh sebab itu ia tetap "yang telah ditentukan untuk binasa" sudah binasa karena tak pernah diselamatkan (Yohanes 17:12). Alkitab tidak pernah menceritakan pertobatan Yudas, memang ia pernah menyesal karena menyerahkan Tuhan Yesus dengan imbalan tiga puluh keping perak tetapi ia tidak pernah bertobat (Matius 27:
Dengan tidak bertobatnya Yudas maka ia berusaha mengambil jalan pintas, Kisah 1:25 mencatat bahwa di ditempatkan di tempat yang wajar. Seorang pengkhianat Yesus yang tidak mau kembali pada Yesus, temapat yang wajar baginya yakni neraka, tidak ada pilihan lain lagi. Inilah pembuktian bahwa Yudas sesungguhnya tidak menghargai dirinya sendiri.
Mungkin anda bukan pengkhianat Yesus, anda tidak pernah menjual Yesus sampai disalibkan. Namun yang pasti anda adalah insan ciptaan Tuhan! Adakah anda menghargai diri anda sendiri? Jikalau anda benar-benar menghargai diri anda, sesusah anda meninggalkan dunia ini anda kira-kira menuju ke mana? Anda pasti tidak akan membiarkan diri anda masuk ke tempat yang "wajar" yakni nerakanya Yudas, anda tentu memilih surga? Benar tidak? Jikalau benar anda hanya punya satu jalan yang harus dipilih, yakni menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Anda mungkin mengatakan saya sudah menerima Yesus, tidak masalah lagi dengan keselamatan saya. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan orang lain? Mungkin itu kakak atau adik anda. Mungkin itu orang tua anda. Mungkin itu famili anda. Adakah kerinduan anda untuk menyampaikan berita keselamatan ini bagi mereka? Jikalau anda mempunyai kasih yang murni dari Tuhan Yesus, bukan kasih yang penuh kepalsuan seperti Yudas Iskariot, anda pasti mempunyai kerinduan memberitakan kabar keselamatan ini bagi orang lain. Pesan saya yang terakhir pada hari ini, jangan sia-siakan pengorbanan Tuhan Yesus. Amin
0 Comments:
Post a Comment
<< Home