TOMAS :
TOMAS :
MURID YANG PERNAH RAGU
(Yohanes 11:8,12,14,16;14:5;20:24-29)
Pdt. Saumiman Saud *)
Mari kita menyimak cerita berikut ini :
“Seorang ahli filsafat yang bernama Rene Descartes mengatakan De Omnibus Dubitandum, artinya segala sesuatu harus diragukan. Inilah kira-kira sikap hidup dari saya, salah seorang murid Yesus yang juga dipanggil dengan nama Didimus. Nama besar saya yang lebih terkenal adalah Tomas. Nama Tomas ini diambil dari bahasa Aram yakni “te oma” yang artinya anak kembar, di Alkitab tidak disebutkan siapa nama kembaran saya, namun saya ingin meberitahukan anda, namanya adalah Yudas, yang pasti bukan Yudas Iskariot.
Dilihat dari porsi penulisan di Alkitab, terutama Perjanjian Baru, sebenarnya saya bukan seorang murid yang menonjol. Dibandingkan dengan Petrus, Andreas dan Yudas Iskariot maka saya kelihatannya kurang begitu berperan, saya ini ibarat seorang pemain figuran dalam sebuah film , nama saya muncul dalam kitab Injil hanya beberapa kali saja. Saya ibarat seorang aktifis yang melayani di dibelakang layar, kalau di gereja barang-kali pelayanannya di bidang Sound system, bukan sebagai pemimpin Liturgi atau Paduan Suara. Atau juga , barangkalai nama saya tidka pernah masuk did lam bulletin gereja.
Nama saya hanya dicatat oleh pengarang kitab Injil Sinoptik (Maksudnya dalam Kitab Matius, Markus dan Lukas) dalam daftar silsilah saja. Hanya did lam Injil Yohanes yang menulis dengan porsi yang lebih banyak tentang saya yakni ada tiga kejadian yang cukup menarik dan membuat saya makin dikenal. Dalam daftar murid –murid Yeus, rupanay kami terbagi menjadi tiga kelompok, masing - masing 4 orang, nama saya atyau Tomas terdapat dalam kelompok kedua (Matius 10:2-4, Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Kis 1:13). Dalam Mat 10:3 saya dihubungkan dengan Matius, sedangkan dalam Kisah 1:13 saya dihubungkan dengan Filipus. Injil Yohanes tiga kali memakai terjemahan Yunaninya yaitu "Didimus" (lih Yoh 11:16; 20:24; 21:2).
Rupnya Yohanes tidak lupa mencatat bahwa saya siap menemani Yesus pergi ke kuburan Lazarus, dan barangkali ke jantung maut, yaitu tangan orang Yahudi (Yoh 11:6). Inilah sisi kenekadan sya, yang tidak dimiliki oleh murid-murid lain, termasuk Petrus yang bermulut besar itu. Memang kadang saya tidak dapat memahami apa yang Yesus maksudkan did lam perkataanNya, tatkala Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya perihal kepergian-Nya yang akan datang, saya sempat bingung bagaimnana caranya kami menuju ke sana (Yoh 14:5), inilah kebodohan saya, padahal jelas sekali Yeus adalah Anak Allah, Dia yang akan mempersiapkan temapat untuk kami. Peristiwa penting yang membuat saya terkenal dan menjadikan dan orang-orang meberikan gelar "Tomas yang tidak percaya" kepada saya , ialah tatkala saya tidak dapat percaya perkataan teman-teman yang mengatakan Yesus sudah bangkit dari kubur. Waktu Yesus menampakkan diri kepada teman-teman yang lain, kebetulan saya absen (Yoh 20:24), terus terang secara logika saya membutuhkan bukti riil (nyata) dan yang dapat diraba (disentuh) mengenai kebangkitan itu. Yang membuat saya malu adalah, seminggu kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada kami, waktu itu saya sudah ada di sana. Pada saat itulah, sya mengaku benara Yesus adalah "Tuhan-ku dan Allah-ku" (Yoh 20:28) Inilah merupakan puncak Injil Yohanes; dijanjikan ada berkat bagi anda sekalian yang percaya tanpa dasar penglihatan.”
Ceritanya berhenti sampai di sini:
Setelah kita mengenal sepintas tentang Tomas ini, mari kita coba melihat lebih dalam tentang bagaimana kehidupannya yang sungguh-sungguh dengan Tuhan. Apakah benar ia seorang yang ragu-ragu? Apakah ia seorang penakut? Penulis mencatat ada tiga poin penting yang akan kita pelajari :
1. TOMAS MENJADI BERANI DI SAAT KETAKUTAN
Coba kita perhatikan kembali Yohanes 11: 3 di sini diceritakan bahwa Lazarus kerabat akrab Yesus yang tinggal di Betania itu sedang sakit (perhatikanlah bahwa jarak antara Yerusalem dan Betania diperkirakan 3 Km). Lalu kalau kita melihat ayat 7b, ketika Yesus sudah mendengar berita tentang Lazarus sudah mati maka IA mulai mengajak murid-murid-Nya kembali ke Yudea. Namun kita bisa tebak bahwa para murid keberatan ke sana, kata mereka "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?". Pertanyaan ini cukup logis dan masuk akal, sebab apabila mereka kembali ke Yudea, itu berarti mencari masalah baru, agak kasar kita katakan mereka mau mencari mati, ya nggak apa-apa ke sana?. Kemungkinan besar mereka bisa dibunuh di sana sebab kejadian beberapa waktu yang lalu Yesus nyaris saja dibunuh ditempat itu. Sekarang mereka harus kembali ke sana, apa-apaan ini.
Ibarat kita membuat program misi gereja ke Negara yang sedang berperang, sudah pasti banyak yang tidak setuju, karena sangat mebahayakan nyawa. Walaupun kita tahu pasti Tuhan Yesus pasti melindungi kita, namun kita diberikan hikmat untuk memutuskan yang terbaik.
Namun pada suasana tegang itu, tiba-tiba tanpa diduga di ayat 16, Tomas mengatakan "Marilah kita pergi juga mati bersama-sama Dia. Kelihatannya diantara murid-murid, Tomaslah yang paling peka mengetahui Guru-Nya segera mati, namun heran justru Tomas yang paling lamban percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Kabar suka-cita dari Petrus bahwa mereka telah melihat Yesus bangkit tidak dipercayainya. Ayat ini jelas sekali menyatakan bahwa Tomas ibarat pahlawan yang penuh pasrah; tatkala ia kepepet dan terpojok. Ditengah-tengah ketakutan, telah lahir sikap pemberani dari seorang anak manusia.
Saya masih ingat benar tatkala kami kuliah di Seminari Alkitab Asia Tenggra, Malang. Di Kampus dipelihara seekor anjing, cukup galak; diberi nama Doty. Saya sendiri tidak familiar dengan Doty sehingga apabila ia dilepas maka saya tidak berani turun ke lapangan basket sebab di sna ia berkeliaran, terus terang saya takut dicokot. Saya heran, Doty ini paling senang cokot pantatnya orang, ada dua orang yang saya kenal sudah menjadi korban, yang satu sekarang hamba Tuhan yang pernah pelayanan di Bali dan yang satu lagi seorang ibu, hamba Tuhan yang waktu itu kita undang dari Bandung sebagai pengkhotbah tamu. Dasar Doty tidak bias membedakan mana yang tamu dan tuan rumah, tentu kita cukup malu.
Seperti biasanya setiap pukul 23.00 WIB Doty itu dilepas dan pagi-pagi jam 05.00 WIB dimasukkan kembali ke kandang. Biasanya pagi-pagi jam 04.00 WIB sudah ada teman-teman bangun lalu Jogging pagi, nah kebetulan ada seorang teman namanya Agus, orangnya agak lucu, tubuhnya pendek dan kepalanya selalu dipangkas Gundul. Beliau memberi singkatan namanya sendiri Agus yakni “Agak Gundul Sedikit”. Waktu itu kira-kira pukul 04.30 WIB beliau baru turun dari Asrama Putra hendak olah raga pagi, namun tiba-tiba ia dikejar oleh Doty ini, dan kejarannya cukup serius sehingga ia lari pontang panting. Nah celakanya Agus ini lari menuju tembok, jadi ia menghadapi jalan buntu. Tatkala ia sudah kepepet di tembok Doty tetap saja mengejar dan mau mencokot, maka Agus ini tidak hilang akal, sekarang ia nekad dan berbalik balik mengejar si Doty, ternyata Doty ini justru yang kehilangan nyali, Doty lari pontang-panting.
Inilah suatu pengambilan keputusan yang cukup penting dari teman saya si Agus itu, kalau tidak maka pasti (maaf) pantatnya sudah dicokot. Suatu contoh, orang yang di tengah ketakutan dan penuh ketakutan sampai tidak ada jalan lain lagi ia akan menjadi nekad. Tapi sebaliknya, jikalau kita membiarkan diri kita di dalam ketakutan terus menerus, maka kita akan terbuai dengan ketakutan itu. Mari kita belajar dari Tomas, untuk menang di dalam di dalam ketakutan.
2. TOMAS MENJADI RAGU DI SAAT KETIDAKPASTIAN
Ketika pada hari yang ke tiga Tuhan Yesus bangkit dari kubur, IA menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Secara kebetulan Tomas tidak hadir dalam pertemuan itu. Oleh sebab itu murid-murid Yesus menceritakan kepada Tomas kejadian yang menarik ini. Bagi Tomas, kesempatan melihat Tuhan Yesus adalah suatu kesempatan yang sangat berharga. Ia seakan-akan merasa sangat menyesal mengapa tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Berkatalah Tomas untuk menghibur diri sendiri : “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya (baca Matius 20:25).
Tomas mengatakan “Ou me pisteuso” yang artinya “Saya tidak mau dan tidak dapat percaya”. Kalimat inilah yang keluar dari mulut bibir Tomas dan ini menunjukkan betapa kerdil iman percayanya terhadap kata-kata Yesus yang pernah disampaikan kepada mereka beberapa hari yang lalu. Karena ketidakpercayaannya itu juga Tomas harus hidup selama seminggu dalam kebimbangan.
Bagi Tomas orang satu-satunya yang dapat menjadi tempat bersandar sudah tiada, ditambah kematian Tuhan Yesus yang cukup mengenaskan, disalibkan di atas kayu salib. Bagaimana mungkin IA dapat begitu cepat bangkit dan menampakkan diri? Padahal yang menceritakan hal ini semua rekan-rekannya, tetap saja ia ingin bukti atau melihat dengan mata kepala sendiri.
Yesus yang kita sembah dan yang disembah oleh para rasul adalah Yesus sumber kesabaran dan Kasih, itulah sebabnya IA menyatakan kemurahan terhadap Tomas dan menampakkan diri-Nya sekali lagi dihadapan murid-murid-Nya, terutama kepada Si Tomas yang sampai saat ini tidak percaya itu. IA berkata: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29). Sayang, Tomas telah beroleh kemurahan dari Tuhan, namun ia rugi karena ia tidak menerima berkat seperti yang diterima oleh kesepuluh murid lainnya.
Hari ini kita sering seperti Tomas, kita bahkan sudah menyaksikan mujizat Allah, tetapi masih memiliki iman seperti Tomas. Ketika segala masalah kita telah dibereskan Tuhan, ketika sakit-penyakit disembuhkan, ketika keluarga kita dipulihkan, dan ketika doa-doa kita terjawab, masihkah kita seperti Tomas mau minta bukti untuk sekali lagi baru percaya Tuhan Yesus yang menolong?. Namun syukurlah Tomas masih beroleh kemurahan dari Kristus, ia sadar karena ketidak-percayaannya dan ketidak-setianya mengikuti Kristus. Itulah sebabnya setelah kejadian itu Yesus masih perlu dua kali memperlihatkan Diri kepadanya, yakni di Danau Tiberias dan pada saat IA akan naik ke surga (Lihat Yohanes 21:2 dan Kisah Para rasul 1:1-13).
Saya harap kita semua tidak sampai begitu keras hati dan penuh keraguan seperti Tomas. Cukuplah Alkitab yang kita baca menjadi pedoman kepercayaan kita. Memang benar dunia penuh ketidakpastian. Siapa ombak besar menerpa saudara-saudara kita di Aceh? Siapa sangka gempa bumi muncul lagi di Nias? Siapa sangka kita yang sudah mapan bekerja, tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan? Siapa sangka teman kita yang sudah akrab dengan kita, terpaksa harus mengambil keputusan kembali ke Indonesia hanya karena surat-suratnya tidak beres? Hanya Yesus yang penuh kepastian, bahkan IA bangkit dari dari kubur, sampai-sampai membuat Tomas tidak percaya.
3. TOMAS MENJADI TEGUH DI SAAT AKHIR HIDUPNYA
Bagi Tomas peristiwa penampakan Tuhan Yesus secara langsung pada dirinya merupakan suatu penemplakan mutlak yang sangat dahsyat yang sekaligus menyadarkan dirinya. Selama ini Tomas begitu keras mempertahankan argumentasinya, harus lihat sendiri baru percaya. Kalau orang yang menceritakan jangan harap untuk mempercayainya. Itulah sebabnya Yesus merasa perlu memperlihatkan Diri kepadanya.
Di tempat yang sama, Yesus hadir lagi dalam pertemuan para murid. Yesus mengatakan “Tarulah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” Tomas menjawab Dia “Ya Tuhanku dan Allahku” . Suatu pengakuan Tomas yang jujur, dan ini meneguhkan Tomas sampai akhir riwayat hidupnya.
Menurut tradisi, Tomas akhirnya menjadi penginjil yang mengabarkan Injil di Persia, Parthia dan India serta wilayah-wilayah sekitarnya. Di Indialah ia mati syahid, ia mati dilembing imam-imam berhala dan dikuburkan oleh orang-orang percaya di Madras, di atas sebuah bukit yang disebut “Bukit Rasul Tomas”. Setiap tanggal 21 Desember diperingati oleh gereja-gereja Latin sebagai hari perkabungan atas kematian Tomas. Gereja-gereja Yunani memperingatinya pada tanggal 6 Oktober. Sedangkan gereja Tuhan di India memperingatinya pada setiap tanggal 1 Juli. Orang-orang percaya Syria percaya bahwa Tomaslah pendiri gereja mereka.
Bagaimana iman kepercayaan kita saat ini. Yesus yang kita percaya selama ini apakah hanya disekitar mulut kita atau hati kita yang terdalam? Kalau hanya di sekitar mulut kita, maka tatakala kita sakit gigi kita tidak dapat lagi percaya kepada-Nya.
Gilbert Frank menceritakan tentang seorang kawannya, seorang opsir dalam perang 1914-1918. Opsir pengamanan artileri tugasnya ialah untuk naik ke udara dengan balon yang mudah tertangkap dan memberi isyarat kepada para penembak meriam, apakah peluru mereka tepat mengenai sasaran atau tidak. Ini merupakan tugas yang paling berbahaya yang dapat diberikan. Oleh karena balon itu mudah tertangkap dan tidak ada kemungkinan untuk mengelakkan diri; dia merupakan sasaran mati dari meriam-meriam dan pesawat-pesawat udara musuh. Gilbert mengatakan tentang kawannya itu : “Tiap kali saya naik ke udara di dalam balon itu, saya merasa gelisah sekali, akan tetapi saya tidak mau meninggalkannya.” William Barclay mengatakan “Inilah bentuk keberanian yang tertinggi, di saat penuh ketakutan masih berani mempertahankan diri”
Pengalaman yang dialami oleh Tomas sekaligus meneguhkan dia menjadi pelayan Tuhan yang sejati. Pertanyaan bagi kita semua, apakah kita memerlukan pengalaman-pengalaman yang dahsyat untuk membuat kita lebih percaya?? Apakah perlu kita harus merasa dibantai habis-habisan baru kita percaya kepada-Nya? Saat ini kita sering ragu seperti Tomas bukan? Kiranya jawaban kita , BUKAN!
MURID YANG PERNAH RAGU
(Yohanes 11:8,12,14,16;14:5;20:24-29)
Pdt. Saumiman Saud *)
Mari kita menyimak cerita berikut ini :
“Seorang ahli filsafat yang bernama Rene Descartes mengatakan De Omnibus Dubitandum, artinya segala sesuatu harus diragukan. Inilah kira-kira sikap hidup dari saya, salah seorang murid Yesus yang juga dipanggil dengan nama Didimus. Nama besar saya yang lebih terkenal adalah Tomas. Nama Tomas ini diambil dari bahasa Aram yakni “te oma” yang artinya anak kembar, di Alkitab tidak disebutkan siapa nama kembaran saya, namun saya ingin meberitahukan anda, namanya adalah Yudas, yang pasti bukan Yudas Iskariot.
Dilihat dari porsi penulisan di Alkitab, terutama Perjanjian Baru, sebenarnya saya bukan seorang murid yang menonjol. Dibandingkan dengan Petrus, Andreas dan Yudas Iskariot maka saya kelihatannya kurang begitu berperan, saya ini ibarat seorang pemain figuran dalam sebuah film , nama saya muncul dalam kitab Injil hanya beberapa kali saja. Saya ibarat seorang aktifis yang melayani di dibelakang layar, kalau di gereja barang-kali pelayanannya di bidang Sound system, bukan sebagai pemimpin Liturgi atau Paduan Suara. Atau juga , barangkalai nama saya tidka pernah masuk did lam bulletin gereja.
Nama saya hanya dicatat oleh pengarang kitab Injil Sinoptik (Maksudnya dalam Kitab Matius, Markus dan Lukas) dalam daftar silsilah saja. Hanya did lam Injil Yohanes yang menulis dengan porsi yang lebih banyak tentang saya yakni ada tiga kejadian yang cukup menarik dan membuat saya makin dikenal. Dalam daftar murid –murid Yeus, rupanay kami terbagi menjadi tiga kelompok, masing - masing 4 orang, nama saya atyau Tomas terdapat dalam kelompok kedua (Matius 10:2-4, Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Kis 1:13). Dalam Mat 10:3 saya dihubungkan dengan Matius, sedangkan dalam Kisah 1:13 saya dihubungkan dengan Filipus. Injil Yohanes tiga kali memakai terjemahan Yunaninya yaitu "Didimus" (lih Yoh 11:16; 20:24; 21:2).
Rupnya Yohanes tidak lupa mencatat bahwa saya siap menemani Yesus pergi ke kuburan Lazarus, dan barangkali ke jantung maut, yaitu tangan orang Yahudi (Yoh 11:6). Inilah sisi kenekadan sya, yang tidak dimiliki oleh murid-murid lain, termasuk Petrus yang bermulut besar itu. Memang kadang saya tidak dapat memahami apa yang Yesus maksudkan did lam perkataanNya, tatkala Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya perihal kepergian-Nya yang akan datang, saya sempat bingung bagaimnana caranya kami menuju ke sana (Yoh 14:5), inilah kebodohan saya, padahal jelas sekali Yeus adalah Anak Allah, Dia yang akan mempersiapkan temapat untuk kami. Peristiwa penting yang membuat saya terkenal dan menjadikan dan orang-orang meberikan gelar "Tomas yang tidak percaya" kepada saya , ialah tatkala saya tidak dapat percaya perkataan teman-teman yang mengatakan Yesus sudah bangkit dari kubur. Waktu Yesus menampakkan diri kepada teman-teman yang lain, kebetulan saya absen (Yoh 20:24), terus terang secara logika saya membutuhkan bukti riil (nyata) dan yang dapat diraba (disentuh) mengenai kebangkitan itu. Yang membuat saya malu adalah, seminggu kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada kami, waktu itu saya sudah ada di sana. Pada saat itulah, sya mengaku benara Yesus adalah "Tuhan-ku dan Allah-ku" (Yoh 20:28) Inilah merupakan puncak Injil Yohanes; dijanjikan ada berkat bagi anda sekalian yang percaya tanpa dasar penglihatan.”
Ceritanya berhenti sampai di sini:
Setelah kita mengenal sepintas tentang Tomas ini, mari kita coba melihat lebih dalam tentang bagaimana kehidupannya yang sungguh-sungguh dengan Tuhan. Apakah benar ia seorang yang ragu-ragu? Apakah ia seorang penakut? Penulis mencatat ada tiga poin penting yang akan kita pelajari :
1. TOMAS MENJADI BERANI DI SAAT KETAKUTAN
Coba kita perhatikan kembali Yohanes 11: 3 di sini diceritakan bahwa Lazarus kerabat akrab Yesus yang tinggal di Betania itu sedang sakit (perhatikanlah bahwa jarak antara Yerusalem dan Betania diperkirakan 3 Km). Lalu kalau kita melihat ayat 7b, ketika Yesus sudah mendengar berita tentang Lazarus sudah mati maka IA mulai mengajak murid-murid-Nya kembali ke Yudea. Namun kita bisa tebak bahwa para murid keberatan ke sana, kata mereka "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?". Pertanyaan ini cukup logis dan masuk akal, sebab apabila mereka kembali ke Yudea, itu berarti mencari masalah baru, agak kasar kita katakan mereka mau mencari mati, ya nggak apa-apa ke sana?. Kemungkinan besar mereka bisa dibunuh di sana sebab kejadian beberapa waktu yang lalu Yesus nyaris saja dibunuh ditempat itu. Sekarang mereka harus kembali ke sana, apa-apaan ini.
Ibarat kita membuat program misi gereja ke Negara yang sedang berperang, sudah pasti banyak yang tidak setuju, karena sangat mebahayakan nyawa. Walaupun kita tahu pasti Tuhan Yesus pasti melindungi kita, namun kita diberikan hikmat untuk memutuskan yang terbaik.
Namun pada suasana tegang itu, tiba-tiba tanpa diduga di ayat 16, Tomas mengatakan "Marilah kita pergi juga mati bersama-sama Dia. Kelihatannya diantara murid-murid, Tomaslah yang paling peka mengetahui Guru-Nya segera mati, namun heran justru Tomas yang paling lamban percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Kabar suka-cita dari Petrus bahwa mereka telah melihat Yesus bangkit tidak dipercayainya. Ayat ini jelas sekali menyatakan bahwa Tomas ibarat pahlawan yang penuh pasrah; tatkala ia kepepet dan terpojok. Ditengah-tengah ketakutan, telah lahir sikap pemberani dari seorang anak manusia.
Saya masih ingat benar tatkala kami kuliah di Seminari Alkitab Asia Tenggra, Malang. Di Kampus dipelihara seekor anjing, cukup galak; diberi nama Doty. Saya sendiri tidak familiar dengan Doty sehingga apabila ia dilepas maka saya tidak berani turun ke lapangan basket sebab di sna ia berkeliaran, terus terang saya takut dicokot. Saya heran, Doty ini paling senang cokot pantatnya orang, ada dua orang yang saya kenal sudah menjadi korban, yang satu sekarang hamba Tuhan yang pernah pelayanan di Bali dan yang satu lagi seorang ibu, hamba Tuhan yang waktu itu kita undang dari Bandung sebagai pengkhotbah tamu. Dasar Doty tidak bias membedakan mana yang tamu dan tuan rumah, tentu kita cukup malu.
Seperti biasanya setiap pukul 23.00 WIB Doty itu dilepas dan pagi-pagi jam 05.00 WIB dimasukkan kembali ke kandang. Biasanya pagi-pagi jam 04.00 WIB sudah ada teman-teman bangun lalu Jogging pagi, nah kebetulan ada seorang teman namanya Agus, orangnya agak lucu, tubuhnya pendek dan kepalanya selalu dipangkas Gundul. Beliau memberi singkatan namanya sendiri Agus yakni “Agak Gundul Sedikit”. Waktu itu kira-kira pukul 04.30 WIB beliau baru turun dari Asrama Putra hendak olah raga pagi, namun tiba-tiba ia dikejar oleh Doty ini, dan kejarannya cukup serius sehingga ia lari pontang panting. Nah celakanya Agus ini lari menuju tembok, jadi ia menghadapi jalan buntu. Tatkala ia sudah kepepet di tembok Doty tetap saja mengejar dan mau mencokot, maka Agus ini tidak hilang akal, sekarang ia nekad dan berbalik balik mengejar si Doty, ternyata Doty ini justru yang kehilangan nyali, Doty lari pontang-panting.
Inilah suatu pengambilan keputusan yang cukup penting dari teman saya si Agus itu, kalau tidak maka pasti (maaf) pantatnya sudah dicokot. Suatu contoh, orang yang di tengah ketakutan dan penuh ketakutan sampai tidak ada jalan lain lagi ia akan menjadi nekad. Tapi sebaliknya, jikalau kita membiarkan diri kita di dalam ketakutan terus menerus, maka kita akan terbuai dengan ketakutan itu. Mari kita belajar dari Tomas, untuk menang di dalam di dalam ketakutan.
2. TOMAS MENJADI RAGU DI SAAT KETIDAKPASTIAN
Ketika pada hari yang ke tiga Tuhan Yesus bangkit dari kubur, IA menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Secara kebetulan Tomas tidak hadir dalam pertemuan itu. Oleh sebab itu murid-murid Yesus menceritakan kepada Tomas kejadian yang menarik ini. Bagi Tomas, kesempatan melihat Tuhan Yesus adalah suatu kesempatan yang sangat berharga. Ia seakan-akan merasa sangat menyesal mengapa tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Berkatalah Tomas untuk menghibur diri sendiri : “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya (baca Matius 20:25).
Tomas mengatakan “Ou me pisteuso” yang artinya “Saya tidak mau dan tidak dapat percaya”. Kalimat inilah yang keluar dari mulut bibir Tomas dan ini menunjukkan betapa kerdil iman percayanya terhadap kata-kata Yesus yang pernah disampaikan kepada mereka beberapa hari yang lalu. Karena ketidakpercayaannya itu juga Tomas harus hidup selama seminggu dalam kebimbangan.
Bagi Tomas orang satu-satunya yang dapat menjadi tempat bersandar sudah tiada, ditambah kematian Tuhan Yesus yang cukup mengenaskan, disalibkan di atas kayu salib. Bagaimana mungkin IA dapat begitu cepat bangkit dan menampakkan diri? Padahal yang menceritakan hal ini semua rekan-rekannya, tetap saja ia ingin bukti atau melihat dengan mata kepala sendiri.
Yesus yang kita sembah dan yang disembah oleh para rasul adalah Yesus sumber kesabaran dan Kasih, itulah sebabnya IA menyatakan kemurahan terhadap Tomas dan menampakkan diri-Nya sekali lagi dihadapan murid-murid-Nya, terutama kepada Si Tomas yang sampai saat ini tidak percaya itu. IA berkata: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29). Sayang, Tomas telah beroleh kemurahan dari Tuhan, namun ia rugi karena ia tidak menerima berkat seperti yang diterima oleh kesepuluh murid lainnya.
Hari ini kita sering seperti Tomas, kita bahkan sudah menyaksikan mujizat Allah, tetapi masih memiliki iman seperti Tomas. Ketika segala masalah kita telah dibereskan Tuhan, ketika sakit-penyakit disembuhkan, ketika keluarga kita dipulihkan, dan ketika doa-doa kita terjawab, masihkah kita seperti Tomas mau minta bukti untuk sekali lagi baru percaya Tuhan Yesus yang menolong?. Namun syukurlah Tomas masih beroleh kemurahan dari Kristus, ia sadar karena ketidak-percayaannya dan ketidak-setianya mengikuti Kristus. Itulah sebabnya setelah kejadian itu Yesus masih perlu dua kali memperlihatkan Diri kepadanya, yakni di Danau Tiberias dan pada saat IA akan naik ke surga (Lihat Yohanes 21:2 dan Kisah Para rasul 1:1-13).
Saya harap kita semua tidak sampai begitu keras hati dan penuh keraguan seperti Tomas. Cukuplah Alkitab yang kita baca menjadi pedoman kepercayaan kita. Memang benar dunia penuh ketidakpastian. Siapa ombak besar menerpa saudara-saudara kita di Aceh? Siapa sangka gempa bumi muncul lagi di Nias? Siapa sangka kita yang sudah mapan bekerja, tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan? Siapa sangka teman kita yang sudah akrab dengan kita, terpaksa harus mengambil keputusan kembali ke Indonesia hanya karena surat-suratnya tidak beres? Hanya Yesus yang penuh kepastian, bahkan IA bangkit dari dari kubur, sampai-sampai membuat Tomas tidak percaya.
3. TOMAS MENJADI TEGUH DI SAAT AKHIR HIDUPNYA
Bagi Tomas peristiwa penampakan Tuhan Yesus secara langsung pada dirinya merupakan suatu penemplakan mutlak yang sangat dahsyat yang sekaligus menyadarkan dirinya. Selama ini Tomas begitu keras mempertahankan argumentasinya, harus lihat sendiri baru percaya. Kalau orang yang menceritakan jangan harap untuk mempercayainya. Itulah sebabnya Yesus merasa perlu memperlihatkan Diri kepadanya.
Di tempat yang sama, Yesus hadir lagi dalam pertemuan para murid. Yesus mengatakan “Tarulah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” Tomas menjawab Dia “Ya Tuhanku dan Allahku” . Suatu pengakuan Tomas yang jujur, dan ini meneguhkan Tomas sampai akhir riwayat hidupnya.
Menurut tradisi, Tomas akhirnya menjadi penginjil yang mengabarkan Injil di Persia, Parthia dan India serta wilayah-wilayah sekitarnya. Di Indialah ia mati syahid, ia mati dilembing imam-imam berhala dan dikuburkan oleh orang-orang percaya di Madras, di atas sebuah bukit yang disebut “Bukit Rasul Tomas”. Setiap tanggal 21 Desember diperingati oleh gereja-gereja Latin sebagai hari perkabungan atas kematian Tomas. Gereja-gereja Yunani memperingatinya pada tanggal 6 Oktober. Sedangkan gereja Tuhan di India memperingatinya pada setiap tanggal 1 Juli. Orang-orang percaya Syria percaya bahwa Tomaslah pendiri gereja mereka.
Bagaimana iman kepercayaan kita saat ini. Yesus yang kita percaya selama ini apakah hanya disekitar mulut kita atau hati kita yang terdalam? Kalau hanya di sekitar mulut kita, maka tatakala kita sakit gigi kita tidak dapat lagi percaya kepada-Nya.
Gilbert Frank menceritakan tentang seorang kawannya, seorang opsir dalam perang 1914-1918. Opsir pengamanan artileri tugasnya ialah untuk naik ke udara dengan balon yang mudah tertangkap dan memberi isyarat kepada para penembak meriam, apakah peluru mereka tepat mengenai sasaran atau tidak. Ini merupakan tugas yang paling berbahaya yang dapat diberikan. Oleh karena balon itu mudah tertangkap dan tidak ada kemungkinan untuk mengelakkan diri; dia merupakan sasaran mati dari meriam-meriam dan pesawat-pesawat udara musuh. Gilbert mengatakan tentang kawannya itu : “Tiap kali saya naik ke udara di dalam balon itu, saya merasa gelisah sekali, akan tetapi saya tidak mau meninggalkannya.” William Barclay mengatakan “Inilah bentuk keberanian yang tertinggi, di saat penuh ketakutan masih berani mempertahankan diri”
Pengalaman yang dialami oleh Tomas sekaligus meneguhkan dia menjadi pelayan Tuhan yang sejati. Pertanyaan bagi kita semua, apakah kita memerlukan pengalaman-pengalaman yang dahsyat untuk membuat kita lebih percaya?? Apakah perlu kita harus merasa dibantai habis-habisan baru kita percaya kepada-Nya? Saat ini kita sering ragu seperti Tomas bukan? Kiranya jawaban kita , BUKAN!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home