MELANGKAH MASUK TAHUN 2005
MELANGKAH MASUK TAHUN 2005
Kalau anda bertanya pada saya apa yang bakal terjadi di tahun 2005 ini? Bagaimana keadaan ekonomi kita? Bagaimana keadaan politik kita? Bagaimana keadaan keamanan kita? Bagi mereka yang tinggal di Amerika Serikat mulai bertanya lagi bagaimana status mereka di sini, terutama yang masih kurang jelas statusnya? Bagi yang tinggal di Indonesia juga mulai bertanya, bagaimana dengan cara kerja pemerintah negara kita kali ini? Apakah orang-orang yang kita pilih itu sudah tepat, atau justru kita salah memilih? Banyak sekali pertanyaan yang kalau dideretkan ke bawah belum tentu dapat terjawab oleh kita sampai hari ini? Inilah misteri kehidupan itu, yang memang sengaja dirahasiakan oleh TUHAN, mengapa? Karena TUHAN ingin supaya kita hari demi hari senantiasa tetap bersandar pada-Nya. Jawaban itu akan muncul apabila tiba pada waktunya, dan herannya karya TUHAN begitu luar biasa sehingga menciptakan sesuatu yang indah walaupun kadang melewati proses yang sukar.
Akhir tahun ini di Virginia dihebohkan dengan kasus pemalsuan dokumen yang boleh dikatakan terbesar yang disyinyalir dilakukan oleh CIAS (Chinese Indonesian American Society) yang akhirnya menyeret 26 orang otaknya ke penjara, mereka itu terdiri dari 23 WNI, 2 US Citizen dan 1 WN Australia, kesemuanya dikenakan tuduhan terhadap pemalsuan surat-surat antara lain, Green Cards, Passports, Driver”s licenses, Kartu Social Security, bahkan sampai kepada Surat Baptis di gereja. Dengan kejadian seperti ini tentunya membuat banyak orang tambah penuh dengan was-was dan ketakutan serta kekuatiran mulai muncul lagi yang sekaligus mempengaruhi rasa kepercayaan serta mempersulit perbaikan status orang-orang Indonesia yang di Amerika ini. Tahun lalu saja akibat wajib lapor terhadap orang-orang Indonesia saja sudah lumayan pengaruhnya apalagi sekarang ini ditambah dengan kasus pemalsuan surat. Saya juga mendengar ada banyak orang yang sudah melarikan diri ke suatu tempat penampungan PBB dekat perbatasan antara Kanada dan Amerika, sambil menunggu negara-negara sukarela yang bersedia menampung mereka. Memang gara-gara segelintir orang yang memanfaatkan kelemahan pemerintah Indonesia dan masalah kerusuhan Mei 1998, serta menciptakan karangan cerita demi pemalsuan surat-surat ini, sehingga mereka mendapatkan untung, namun dengan terbongkarnya kasus ini telah mencemaskan ribuan orang tentunya.
Sementara itu di Indonesia sendiri juga demikain, rasa kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hasil Pemilu 2004 yang lalu mulai agak goyah, dengan munculnya isue-isue bahwa negara Indonesia bakal dijadikan Negara Agama. Belum lagi ditambah dengan bom meledak terus di Palu, serta sederetan isue ancaman bom pada hari Natal di tempat-tempat tertentu. Hal seperti ini paling tidak cukup memprihatinkan kita semua, terutama mereka yang hendak merayakan Natal. Kedamaian yang dikumandangkan di Hari Natal, seakan-akan dirampas gara-gara ulah kerja dari orang-orang yang tidak bertangung jawab ini? Inilah kenyataan di depan mata kita!
Namun bagaimana orang-orang percaya menyingkapi keadaan seperti ini? Ketika malaikat di padang memberitahukan kepada para gembala bahwa hari ini telah lahir bayi Yesus yang dibungkus dengan lampin, maka malaikat tersebut sebenarnya telah memproklamirkan tentang kedamaian yang sejati itu. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2 :14) Tetapi apakah kedamaian yang sejati itu dapat dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini begitu saja? Tentu tidak bukan! Namun mengapa Natal di dalam kenyataannya terdapat realita suasana yang tidak damai?
Kita perlu ingat keadaan tatkala bayi Yesus lahir saat itu, tidak ada bedanya seperti saat ini, suasana kegunda-gulana juga muncul. Bayangkan saja, bayi Yesus itu hendak dibunuh, hanya oleh karena raja Herodes takut disaingi dan cemburu. Supaya cepat beres urusannya maka ia memakai jalan pintas, sehingga diperintahkan saja supaya menyabot habis bayi-bayi yang berumur di bawah dua tahun. Saya yakin sekali suasana waktu itu penuh dengan ketakutan, histeris, sebab banyak orang tua yang barangkali karena mepertahankan bayinya maka mereka juga ikut terbunuh. Namun apakah kedamaaian dari Tuhan Yesus itu juga lenyap? Tidak bukan, ternyata Yesus lolos dari kecemburuan dan saingan itu.
Tetapi bagaimana dengan langkah kita memasuki tahun 2005 ini? Jelas sekali bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa semua itu bakal berjalan mulus, tantangan, hambatan serta kesulitan pasti ada saja. Seberapa sulitnya kita tidak ketahui, yang pasti semuanya itu bakal kita temui. Keberanian kita untuk maju justru terletak pada pengalaman-pengalaman kita pada masa lalu, lihatlah apa yang terjadi dibelakang kita semua? Apakah jalan-Nya memang mulus seperti jalan tol begitu, rasanya tidak bukan? Namun mengapa kita dapat melewatinya? Tidak lain karena ada TUHAN yang memantau dan memelihara kita bukan? Saya yakin kalau DIA tidak intervensi memantau kita, maka hari ini barangkali kita sudah GAGAL total, namun karena ada ALLAH yang menopang, walaupun kita pernah JATUH namun IA tidak membiarkan kita tergeletak. “ Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (Mazmur 37 :24).
Lihatlah, itu janji TUHAN yang sangat indah bagi kita semua, terutama kita yang sudah diberi status sebagai anak-anak ALLAH, suatu status yang melebihi SEGALAnya tentunya. Status yang melebihi surat-surat penting yang dibutuhkan itu, walaupun tatkala di dunia ini surat itu memang kita butuhkan sekali. Status yang melebihi kehidupan kita, artinya ketika kehidupan itupun lenyap pun dari diri kita sudah tidak menjadi soal lagi, sebab kita sudah memegang jaminan yang dari TUHAN kita itu, yakni status sebagai anak ALLAH. Itulah kepentingan TUHAN YESUS datang ke dunia ini, supaya orang-orang yang percaya kepada-Nya berubah status, dari yang tidak berpengharapan lagi menuju pengharapan, dari yang binasa menuju hidup yang kekal bersama dengan TUHAN YESUS.
Tahun 2005 yang sudah di depan mata kita, anda dan saya tidak dapat menghindarinya. Apabila anda diberi kesempatan untuk bersembunyi di dalam terowongan yang paling dalampun, tetap saja tidak dapat menghindarinya. Persoalan yang di depan matapun tidak terelakkan, bahkan munculnya tanpa dapat kita prediksi atau perhitungkan. Yang namanya ahli ramalpun tidak bakal menemukan jawabannya yang pasti, tetapi yang pasti TUHAN sanggup mengantar kita melewati semua perjalanan hidup ini. Sebab seperti apa yang pernah difirmankan bahwa segala pencobaan yang diberikan itu tidak pernah melampaui kekuatan kita. Doa kita saat ini bukan lagi meminta agar TUHAN buang jauh segala kesulitan dan segala persoalan, tetapi justru kita harus berdoa supaya TUHAN itu meberikan kekuatan , ketegaran dan Iman untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi.
Sama seperti seorang anak yang menghadapi persoalan sering ditolong oleh orang tuanya, maka kemungkinan besar nanti sesudah dewasa ia tidak tegar menghadapi kesulitan. Banyak sekali kasus yang saya melihat justru mereka yang hidup senang pada masa kecil. ketika sudah sendiri dan menghadapi persoalan yang sulit, maka stressnya tak tertolong, itu sebabnya ada baiknya sewaktu kecil anak-anak itu dibiarkan menghadapi kesulitan dan ia berusaha mencari jalan keluar, diharapkan setelah dewasa beliau sudah terlatih, dan tidak gampang lagi goyah, ini merupakan pengalaman hidup yang paling jitu.
Sebelum kuliah di Malang, terlebih dahulu dua tahun saya digembleng di sekolah Teologia Medan. Sebenarnya saya tidak suka kuliah di Medan, sebab pertama saya harus sambil ngajar kalau hari Jumat dan Sabtu, sehingga menyita waktu dan konsentrasi belajar saya, kedua jalanan menuju ke daerah Sibolangit Bandar Baru itu cukup rawan, jalannya naik ke gunung dan berkelok-kelok, ditambah lagi lagi saya mabuk kalau naik bus yang padat, sesak dengan penumpang itu. Kalau anda mau tahu, kurang lebih dua tahun saya kuliah di sana, maka setiap berangkat dan kembali saya mabuk dan muntah-muntah. Jadi apabila dua tahun saya kuliah di sana, maka tinggal kalikan saja, dipotong liburan kalau setahun kuliahnya diperkirakan 40 Minggu, jadi 80 kali muntahnya, lalu kalau dua tahun sudah 160 kali. Itu sebabnya sering kalau di tengah-tengah minggu walaupun ada hari merah atau hari libur saya malas untuk pulang ke Medan, lebih baik istirahat di kampus saja.
Nah, dua tahun kemudian saya hendak transfer ke Malang, waktu itu sebagai mahasiswa Teologi tidak ada pekerjaan dan uang masuk, maka saya tidak sanggup untuk membeli tiket pesawat, sedangakn tiket kapal laut sangat sulit didapatkan. Itu sebabnya saya memilih naik bus dari Medan menuju ke Malang. Saya ambil cuti 10 hari belajar, menuju ke Malang untuk tes masuk, anda tahu apa yang terjadi? Saya berdoa agar TUHAN jangan membuat saya malu, dengan kurang lebih 8 hari di bus pulang pergi Medan – Malang kalau seluruh perjalanannya diisi dengan muntah-muntah apa yang bakal terjadi? Pasti sangat menyusahkan saya dan mengganggu penumpang yang lain bukan? Puji TUHAN, ternyata dua tahun itu cukup untuk melatih stamina saya, sehingga perjalanan 8 hari di bus Medan menuju _Malang dan kembali lagi ke Medan, tanpa ada mabuk dan muntahnya. Sya yakin semua ini karean TUHAN yang menolongnya.
Bagaimana dengan kita semua? Sudah siapkah masuk dan menjalani tahun 2005 ini? Mau atau tidak maka jawabannya harus mau, dan siap atau tidak juga jawabannya harus siap. Berserahlah kepada TUHAN, ijinkan DIA memimpin langkah kehidupan kita, maka kita akan melihat suatu tuntunan yang ajaib dan luar biasa. Sama seperti perjalanan kaum Israel dari Mesir menuju Kanaan, Tuhan memimpin dengan Tiang Awan dan Tiang Api, maka memasuki tahun 2005 ini juga TUHAN akan memimpin dengan caraNya tersendiri. Immanuel, Tuhan beserta kita. Amin
Kalau anda bertanya pada saya apa yang bakal terjadi di tahun 2005 ini? Bagaimana keadaan ekonomi kita? Bagaimana keadaan politik kita? Bagaimana keadaan keamanan kita? Bagi mereka yang tinggal di Amerika Serikat mulai bertanya lagi bagaimana status mereka di sini, terutama yang masih kurang jelas statusnya? Bagi yang tinggal di Indonesia juga mulai bertanya, bagaimana dengan cara kerja pemerintah negara kita kali ini? Apakah orang-orang yang kita pilih itu sudah tepat, atau justru kita salah memilih? Banyak sekali pertanyaan yang kalau dideretkan ke bawah belum tentu dapat terjawab oleh kita sampai hari ini? Inilah misteri kehidupan itu, yang memang sengaja dirahasiakan oleh TUHAN, mengapa? Karena TUHAN ingin supaya kita hari demi hari senantiasa tetap bersandar pada-Nya. Jawaban itu akan muncul apabila tiba pada waktunya, dan herannya karya TUHAN begitu luar biasa sehingga menciptakan sesuatu yang indah walaupun kadang melewati proses yang sukar.
Akhir tahun ini di Virginia dihebohkan dengan kasus pemalsuan dokumen yang boleh dikatakan terbesar yang disyinyalir dilakukan oleh CIAS (Chinese Indonesian American Society) yang akhirnya menyeret 26 orang otaknya ke penjara, mereka itu terdiri dari 23 WNI, 2 US Citizen dan 1 WN Australia, kesemuanya dikenakan tuduhan terhadap pemalsuan surat-surat antara lain, Green Cards, Passports, Driver”s licenses, Kartu Social Security, bahkan sampai kepada Surat Baptis di gereja. Dengan kejadian seperti ini tentunya membuat banyak orang tambah penuh dengan was-was dan ketakutan serta kekuatiran mulai muncul lagi yang sekaligus mempengaruhi rasa kepercayaan serta mempersulit perbaikan status orang-orang Indonesia yang di Amerika ini. Tahun lalu saja akibat wajib lapor terhadap orang-orang Indonesia saja sudah lumayan pengaruhnya apalagi sekarang ini ditambah dengan kasus pemalsuan surat. Saya juga mendengar ada banyak orang yang sudah melarikan diri ke suatu tempat penampungan PBB dekat perbatasan antara Kanada dan Amerika, sambil menunggu negara-negara sukarela yang bersedia menampung mereka. Memang gara-gara segelintir orang yang memanfaatkan kelemahan pemerintah Indonesia dan masalah kerusuhan Mei 1998, serta menciptakan karangan cerita demi pemalsuan surat-surat ini, sehingga mereka mendapatkan untung, namun dengan terbongkarnya kasus ini telah mencemaskan ribuan orang tentunya.
Sementara itu di Indonesia sendiri juga demikain, rasa kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hasil Pemilu 2004 yang lalu mulai agak goyah, dengan munculnya isue-isue bahwa negara Indonesia bakal dijadikan Negara Agama. Belum lagi ditambah dengan bom meledak terus di Palu, serta sederetan isue ancaman bom pada hari Natal di tempat-tempat tertentu. Hal seperti ini paling tidak cukup memprihatinkan kita semua, terutama mereka yang hendak merayakan Natal. Kedamaian yang dikumandangkan di Hari Natal, seakan-akan dirampas gara-gara ulah kerja dari orang-orang yang tidak bertangung jawab ini? Inilah kenyataan di depan mata kita!
Namun bagaimana orang-orang percaya menyingkapi keadaan seperti ini? Ketika malaikat di padang memberitahukan kepada para gembala bahwa hari ini telah lahir bayi Yesus yang dibungkus dengan lampin, maka malaikat tersebut sebenarnya telah memproklamirkan tentang kedamaian yang sejati itu. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2 :14) Tetapi apakah kedamaian yang sejati itu dapat dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini begitu saja? Tentu tidak bukan! Namun mengapa Natal di dalam kenyataannya terdapat realita suasana yang tidak damai?
Kita perlu ingat keadaan tatkala bayi Yesus lahir saat itu, tidak ada bedanya seperti saat ini, suasana kegunda-gulana juga muncul. Bayangkan saja, bayi Yesus itu hendak dibunuh, hanya oleh karena raja Herodes takut disaingi dan cemburu. Supaya cepat beres urusannya maka ia memakai jalan pintas, sehingga diperintahkan saja supaya menyabot habis bayi-bayi yang berumur di bawah dua tahun. Saya yakin sekali suasana waktu itu penuh dengan ketakutan, histeris, sebab banyak orang tua yang barangkali karena mepertahankan bayinya maka mereka juga ikut terbunuh. Namun apakah kedamaaian dari Tuhan Yesus itu juga lenyap? Tidak bukan, ternyata Yesus lolos dari kecemburuan dan saingan itu.
Tetapi bagaimana dengan langkah kita memasuki tahun 2005 ini? Jelas sekali bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa semua itu bakal berjalan mulus, tantangan, hambatan serta kesulitan pasti ada saja. Seberapa sulitnya kita tidak ketahui, yang pasti semuanya itu bakal kita temui. Keberanian kita untuk maju justru terletak pada pengalaman-pengalaman kita pada masa lalu, lihatlah apa yang terjadi dibelakang kita semua? Apakah jalan-Nya memang mulus seperti jalan tol begitu, rasanya tidak bukan? Namun mengapa kita dapat melewatinya? Tidak lain karena ada TUHAN yang memantau dan memelihara kita bukan? Saya yakin kalau DIA tidak intervensi memantau kita, maka hari ini barangkali kita sudah GAGAL total, namun karena ada ALLAH yang menopang, walaupun kita pernah JATUH namun IA tidak membiarkan kita tergeletak. “ Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (Mazmur 37 :24).
Lihatlah, itu janji TUHAN yang sangat indah bagi kita semua, terutama kita yang sudah diberi status sebagai anak-anak ALLAH, suatu status yang melebihi SEGALAnya tentunya. Status yang melebihi surat-surat penting yang dibutuhkan itu, walaupun tatkala di dunia ini surat itu memang kita butuhkan sekali. Status yang melebihi kehidupan kita, artinya ketika kehidupan itupun lenyap pun dari diri kita sudah tidak menjadi soal lagi, sebab kita sudah memegang jaminan yang dari TUHAN kita itu, yakni status sebagai anak ALLAH. Itulah kepentingan TUHAN YESUS datang ke dunia ini, supaya orang-orang yang percaya kepada-Nya berubah status, dari yang tidak berpengharapan lagi menuju pengharapan, dari yang binasa menuju hidup yang kekal bersama dengan TUHAN YESUS.
Tahun 2005 yang sudah di depan mata kita, anda dan saya tidak dapat menghindarinya. Apabila anda diberi kesempatan untuk bersembunyi di dalam terowongan yang paling dalampun, tetap saja tidak dapat menghindarinya. Persoalan yang di depan matapun tidak terelakkan, bahkan munculnya tanpa dapat kita prediksi atau perhitungkan. Yang namanya ahli ramalpun tidak bakal menemukan jawabannya yang pasti, tetapi yang pasti TUHAN sanggup mengantar kita melewati semua perjalanan hidup ini. Sebab seperti apa yang pernah difirmankan bahwa segala pencobaan yang diberikan itu tidak pernah melampaui kekuatan kita. Doa kita saat ini bukan lagi meminta agar TUHAN buang jauh segala kesulitan dan segala persoalan, tetapi justru kita harus berdoa supaya TUHAN itu meberikan kekuatan , ketegaran dan Iman untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi.
Sama seperti seorang anak yang menghadapi persoalan sering ditolong oleh orang tuanya, maka kemungkinan besar nanti sesudah dewasa ia tidak tegar menghadapi kesulitan. Banyak sekali kasus yang saya melihat justru mereka yang hidup senang pada masa kecil. ketika sudah sendiri dan menghadapi persoalan yang sulit, maka stressnya tak tertolong, itu sebabnya ada baiknya sewaktu kecil anak-anak itu dibiarkan menghadapi kesulitan dan ia berusaha mencari jalan keluar, diharapkan setelah dewasa beliau sudah terlatih, dan tidak gampang lagi goyah, ini merupakan pengalaman hidup yang paling jitu.
Sebelum kuliah di Malang, terlebih dahulu dua tahun saya digembleng di sekolah Teologia Medan. Sebenarnya saya tidak suka kuliah di Medan, sebab pertama saya harus sambil ngajar kalau hari Jumat dan Sabtu, sehingga menyita waktu dan konsentrasi belajar saya, kedua jalanan menuju ke daerah Sibolangit Bandar Baru itu cukup rawan, jalannya naik ke gunung dan berkelok-kelok, ditambah lagi lagi saya mabuk kalau naik bus yang padat, sesak dengan penumpang itu. Kalau anda mau tahu, kurang lebih dua tahun saya kuliah di sana, maka setiap berangkat dan kembali saya mabuk dan muntah-muntah. Jadi apabila dua tahun saya kuliah di sana, maka tinggal kalikan saja, dipotong liburan kalau setahun kuliahnya diperkirakan 40 Minggu, jadi 80 kali muntahnya, lalu kalau dua tahun sudah 160 kali. Itu sebabnya sering kalau di tengah-tengah minggu walaupun ada hari merah atau hari libur saya malas untuk pulang ke Medan, lebih baik istirahat di kampus saja.
Nah, dua tahun kemudian saya hendak transfer ke Malang, waktu itu sebagai mahasiswa Teologi tidak ada pekerjaan dan uang masuk, maka saya tidak sanggup untuk membeli tiket pesawat, sedangakn tiket kapal laut sangat sulit didapatkan. Itu sebabnya saya memilih naik bus dari Medan menuju ke Malang. Saya ambil cuti 10 hari belajar, menuju ke Malang untuk tes masuk, anda tahu apa yang terjadi? Saya berdoa agar TUHAN jangan membuat saya malu, dengan kurang lebih 8 hari di bus pulang pergi Medan – Malang kalau seluruh perjalanannya diisi dengan muntah-muntah apa yang bakal terjadi? Pasti sangat menyusahkan saya dan mengganggu penumpang yang lain bukan? Puji TUHAN, ternyata dua tahun itu cukup untuk melatih stamina saya, sehingga perjalanan 8 hari di bus Medan menuju _Malang dan kembali lagi ke Medan, tanpa ada mabuk dan muntahnya. Sya yakin semua ini karean TUHAN yang menolongnya.
Bagaimana dengan kita semua? Sudah siapkah masuk dan menjalani tahun 2005 ini? Mau atau tidak maka jawabannya harus mau, dan siap atau tidak juga jawabannya harus siap. Berserahlah kepada TUHAN, ijinkan DIA memimpin langkah kehidupan kita, maka kita akan melihat suatu tuntunan yang ajaib dan luar biasa. Sama seperti perjalanan kaum Israel dari Mesir menuju Kanaan, Tuhan memimpin dengan Tiang Awan dan Tiang Api, maka memasuki tahun 2005 ini juga TUHAN akan memimpin dengan caraNya tersendiri. Immanuel, Tuhan beserta kita. Amin
0 Comments:
Post a Comment
<< Home